Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam
semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan
tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan
komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan
kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan,
dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada
keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan
kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu
dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun
menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah
letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara
kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.
Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya
seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab,
yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik
Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of
Philosophy, menyebutkan: Tugasfilsafat bukanlah sekadar mencerminkan
semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi
filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan
arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan
keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak
manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan
‘nation’, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia
kemanusiaan.
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik
dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus
membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang
matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan
keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung
pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis.
Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan,
pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari
filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat
bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan
dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan
memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk
hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus
hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus
hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat
kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika
(berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar