APA ITU FILSAFAT?
Filsafat adalah sebuah faham pemikiran yang berasal Persia dan
Yunani. Filsafat mulai dijadikan sebagai metode berfikir umat Islam
sejak terjadinya interaksi antara kaum Muslimin dengan orang-orang
Yunani dan Persia. Semenjak itulah taraf berfikir sebagian kaum Muslimin
yang menggunakan taraf berfikir dengan berpijak pada Al-Quran dan
Hadits mulai menjadikan akal sebagai sumber utama dalam berfikir. Akibat
yang terjadi muncullah pemikiran-pemikiran yang dapat membuat ragu
akidah umat Islam pada saat itu. Muncullah aliran-aliran seperti
Mu’tazilah, Jabbariyyah, Maturidiyah, dan sebagainya.
Di era sekarang filsafat telah menjadi disiplin ilmu di beberapan
perguruan tinggi Islam di Indonesia. Buku-buku yang membahas filsafat
dengan berbagai cabangnya telah beredar di lingkungan kampus dengan
jumlah yang besar. Salah satu cabang filsafat adalah Filsafat Pendidikan
Islam yang membahas pemikiran filosof-filosof dari kalangan umat Islam
tentang pendidikan. Selain itu juga dipelajari pemikiran filosof-filosof
Barat tentang pendidikan. Sehingga oleh sebagian orang mencoba mencari
faktor yang menyebabkan kemajuan barat, sehingga diambil nilai
positifnya.
Progressivisme
Progressivisme berasal dari kata progresip yang diserap dari kosakata Bahasa Inggris progressive yang mendapat akhiran -isme. Progress dalam bahasa Inggris bermakna kemajuan atau maju, sedangkan progressive artinya
orang yang progresip. Dalam bahasa sepakbola, progresip artinya
bergerak cepat. Sehingga progressivisme adalah faham tentang bergerak
cepat, entah itu berkenaan dengan pemikiran, tindakan, antisipasi atau
yang lainnya.
Sedangkan Menurut Zuhairini, Progressivisme dapat diartikan sebagai pandangan hidup yang bersifat fleksibel, toleran, curious, dan open-minded. Fleksibel artinya tidak kaku, lentur, dan tidak rumit. Curious artinya ingin tahu, aneh,, dan heran. Sedangkan open-mind
artinya berpandangan terbuka, tanpa prasangka. Jadi progressivisme
adalah suatu faham yang ia bebas, terbuka, tidak tertutup, tidak terikat
dengan apapun. Sehingga progressivisme sebagai aliran dalam filsafat
pendidikan adalah sebagai aliran yang pemikirannya bebas, tidak terikat
oleh dogma apapun, terbuka, tidak tertutup.
Dari pengertian secara bahasa dapatlah dimengerti secara jelas
mengenai karakteristik aliran progressivisme. Dalam buku yang sama,
Zuhairini berpan-dangan tentang sifat aliran progressivisme dan
membaginya menjadi sifat nega-tive dan sifat positif.
Sifat itu dikatakan negatif dalam arti bahwa, progressivisme
menolak otoritarisme dan absolutisme dalam segala bentuk, seperti
misalnya terdapat dalam agama, politik, etika, dan epistimologi. Positif
dalam arti, bahwa progressivisme menaruh kepercayaan tehadap kekuatan
alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi manusia dari sejak
lahir—man’s natural powers. Terutama yang dimaksud adalah
kekuatan-kekuatan manusia untuk terus–menerus melawan dan mengataasi
kekuatan-kekuatan, takhayul-takhayul, dan kegawatan-kegawatan yang
timbul dari ling-kungan hidup yang selamanya mengancam.
Progressivisme muncul pada abad ke-18 sejak peristiwa revolusi gereja
oleh para filosof Barat yang kecewa dengan otoritas pihak negara yang
menjadikan agama Kristen sebagai dasar negara. Banyak kalangan ilmuwan
yang dijatuhi hukuman mati karena teori yang dirumuskannya tentang ilmu
pengetahuan bertentangan dengan dogma gereja. Sehingga kalangan filosof
,Kaum Borjuis, dan warga gereja melakukan gerakan menentang Pihak Gereja
yang kemudian dikenal
dengan revolusi Gereja. Revolusi pun pecah, dan kesepakatan dicapai
antara pihak gereja dengan kelompok tersebut dengan menjadikan agama
hanya mengatur urusan privat. Inilah awal munculnya Demokrasi,
Liberalisme, Sekulerisme, dan Kapitalisme. Progressivisme sendiri adalah
cabang dari sekulerisme.
Sejak revolusi tersebut, orang Barat mengalami kemajuan yang pesat
dalam Ilmu pengetahuan dan Sains. Bangsa yang sebelumnya terbelakang,
tidak berperadaban, jauh tertinggal dari Islam sebagai sistem yang
sempurna, berubah total. Barat perlahan mulai manjadi saingan Islam
sebagai peradaban agung. Yang tidak lagi ada campur tangan agama di
dalamnya. Hingga era sekarang ini Barat masih memimpin dengan
teknologinya. Sistem pendidikan di Barat sebagaimana dikatakan Dewey
bertujuan membentuk masyarakat demokratis. Dan fakta membuktikan
bagaimana peradaban Barat dengan demokrasinya telah menyebabkan
kerusakan alam, lingkungan, dan moral manusianya. Ini karena faham/teori
yang mereka cetuskan tidak memiliki batasan yang jelas yang sesuai
fitrah manusia.
Esensialisme
Esensialisme berasal dari kosakata Bahasa Inggris essentials yang artinya hal-hal yang perlu, barang-barang yang perlu, dan sifat-sifat dasar yang mendapat akhiran –isme. Sehingga
esensialisme dapat diartikan faham/aliran yang memiliki karakteristik
mendasar, yang perlu, mengenai hakikatnya sebagai manusia. Bahwasannya
yang dimaksud dengan sifat mendasar manusia adalah fitrah manusia itu
sendiri. Secara fitrah, manusia adalah lemah dan terbatas, ia tidak
mengetahui hakikat dirinya dan alam sekitarnya yang ia tidak bisa
menjangkaunya dengan akal, sehingga ia membutuhkan informasi dari yang
Maha Tahu.
Esensialisme dalam konteks pendidikan adalah aliran/faham pemikiran
dalam bidang pendidikan yang ia terikat dengan aturan-aturan, tidak
memberikan sepenuhnya kepada akal manusia untuk mencari pengetahuan.
aliran ini adalah lawan dari progressivisme karena esensialisme tidak
memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibilitas,
dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin trtentu, sehingga mudah goyah dan kurang terarah,
sehingga aliran ini memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan
arah yang jelas.
Esensialisme mulai dikembangkan oleh para pengusungnya pada abad
ke-16. Diantara pengusungnya adalah John Amus Comenius (1592-1670) yang
ber-pendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk paserta didik
sesuai dengan kehendak Tuhan, karena dunia pada hakikatnya adalah
dinamis dan bertujuan. sedangkan Johann Friederic Frobel (1782-1852)
berpendapat bahwa pendidikan adalah memimpin anak didik ke arah
kesadaran diri sendiri yang murni dan selaras dengan fitrah
kejadiaannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan umum aliran
esensialisme adalah untuk membentuk pribadi yang bahagia di dunia dan di
akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar