Model
Pembelajaran Van Hiele
Model
pembelajaran Van Hiele merupakan model yang didasarkan pada teori belajar Van
Hiele dalam mata pelajaran matematika, khususnya geometri. Teori belajar
matematika ini dicetuskan oleh dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda,
yaitu Pierre Van Hiele dan isterinya yaitu Dian Van Hiele-Geldof, yang
mengajukan suatu teori mengenai proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa
dalam mempelajari geometri pada tahun1957 sampai 1959.
1. Tahap-tahap
Model Pembelajaran Van Hiele
Van
Hiele (dalam Pitajeng, 2006:41) mengemukakan bahwa ada tiga unsur utama
pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode pengajaran
yang diterapkan. Bila ketiganya ditata secara terpadu dapat berakibat pada
meningkatnya kemampuan berpikir peserta didik kepada tahap yang lebih tinggi.
Dalam memahami geometri terdapat 5 tahapan yaitu tahap pengenalan, analisis,
pengurutan, deduksi, dan akurasi. Penjabaran lima tahapan pemahaman geometri
tersebut adalah
1. Tahap
Pengenalan
Pada
tingkat ini, siswa memandang bangun geometri sebagai suatu keseluruhan. Pada
tingkat ini siswa belum memperhatikan sifat-sifat dari masing-masing bangun.
Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama suatu bangun,
siswa belum mengamati ciri-ciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat
ini siswa tahu suatu bangun bernama persegi panjang, tetapi ia belum menyadari
sifat-sifat dari bangun persegi panjang tersebut. Jadi guru harus memahami
karakter anak pada tahap pengenalan, anak belum mampu diajarkan sifat-sifat
bangun-bangun geometri tersebut, karena anak akan menerimanya
melalui hafalan bukan dengan pengertian.
2. Tahap
Analisis
Bila
pada tahap pengenalan anak belum mengenal sifat-sifat dari bangun-bangun geometri,
tidak demikian pada tahap analisis. Pada tahap ini anak sudah dapat memahami
sifat-sifat dari bangun-bangun geometri. Pada tahap ini anak sudah mengenal
sifat-sifat bangun geometri, seperti pada sebuah persegi banyak sisinya ada 4
buah. Anak pada tahap analisis belum mampu mengetahui hubungan yang terkait
antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.
3. Tahap
Pengurutan
Pada
tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih meningkat lagi dari
sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifat-sifatnya,
maka pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara
suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Anak yang berada pada
tahap ini sudah memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Misalnya,persegi
adalah persegi panjang sebabmempunyai semua sifat persegi panjang, karena
persegi juga memiliki ciri-ciri persegi panjang.
4. Tahap
Deduksi
Pada
tahap ini anak sudah mampu memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara
deduktif. Pengambilan kesimpulan secara deduktif yaitu penarikan kesimpulan
dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus. Sebagai
contoh untuk menunjukkan bahwa jumlah sudut segitiga dari bangun
persegi panjang. Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan
unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang
didefinisikan, aksioma atau problem, dan teorema. Anak pada tahap ini belum
memahami kegunaan dari suatu sistem deduktif. Jadi, pembuktian secara deduktif
merupakan cara yang tepat dalam pembuktian pada tahap ini.
5. Tahap
Akurasi
Pada
tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip
dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya, anak pada
tahap
ini sudah mengetahui postulat atau dalil yang mendasari bahwa jumlah
sudut-sudut segitiga adalah 1800. Tahap akurasi merupakan tahap
tertinggi dalam memahami geometri. Pada tahap ini memerlukan tahap berpikir
yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu, jarang atau hanya sedikit sekali anak
yang
sampai pada tahap berpikir ini sekalipun anak tersebut sudah berada ditingkat
SMA. Siswa dalam mempelajari geometri akan memahami secara efektif apabila
pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa atau kemampuan
berpikir kognitif siswa.
2. Fase-fase
Model Pembelajaran Van Hiele
Fase-fase
pembelajaran tersebut adalah fase inkuiri/informasi, fase orientasi berarah,
fase uraian, fase orientasi bebas, dan fase integrasi (Nu’man, 2008). Di bawah
ini akan dijelaskan lebih rinci dari masing-masing fase tersebut.
Ø Fase
1 (Inkuiri/Informasi). Dengan tanya
jawab antara guru dengan siswa, disampaikan konsep-konsep awal tentang materi
yang akan dipelajari. Guru mengajukan informasi baru dalam setiap pertanyaan
yang dirancang secermat mungkin agar siswa dapat menyatakan kaitan
konsep-konsep awal dengan materi yang akan dipelajari. Bentuk pertanyaan
diarahkan pada konsep yang telah dimiliki siswa. Informasi dari tanya jawab
tersebut memberikan masukan bagi guru untuk menggali tentang perbendaharaan
bahasa dan interpretasi atas konsepsi-konsepsi awal siswa untuk memberikan
materi selanjutnya, dipihak siswa, siswa mempunyai gambaran tentang arah
belajar selanjutnya.
Ø Fase
2 (Orientasi Berarah). Sebagai refleksi dari fase 1, siswa meneliti materi
pelajaran melalui bahan ajar yang dirancang guru. Guru mengarahkan siswa untuk
meneliti objek-objek yang dipelajari. Kegiatan mengarahkan merupakan
rangkaian tugas singkat untuk memperoleh respon-respon khusus siswa. Misalnya,
guru meminta siswa mengamati gambar yang ditunjukkan berupa macam-macam
segiempat. Siswa diminta mengelompokkan jenis segiempat, sesuai dengan
jenisnya. Aktivitas belajar ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar aktif
mengeksplorasi objek-objek (sifat-sifat bangun yang dipelajari) melalui
kegiatan seperti mengukur sudut, melipat, menentukan panjang sisi untuk
menemukan hubungan sifat-sifat dari bentuk bangun-bangun tersebut. Fase ini
juga bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing eksplorasi siswa sehingga
menemukan konsep-konsep khusus dari bangun-bangun geometri.
Ø Fase
3 (Uraian). Pada fase ini, siswa diberi motivasi untuk mengemukakan
pengalamannya tentang struktur bangun yang diamati dengan menggunakan bahasanya
sendiri. Sejauh mana pengalamannya bisa diungkapkan, mengekspresikan dan
merubah atau menghapus pengetahuan intuitif siswa yang tidak sesuai dengan
struktur bangun yang diamati. Pada fase pembelajaran ini, guru membawa
objek-objek (ide-ide geometri, hubungan-hubungan, pola-pola dan sebagainya) ke
tahap pemahaman melalui diskusi antar siswa dalam menggunakan ketepatan bahasa
dengan menyatakan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun-bangun yang dipelajari.
Ø Fase
4 (Orientasi Bebas). Pada fase ini siswa dihadapkan dengan tugas-tugas yang
lebih kompleks. Siswa ditantang dengan situasi masalah kompleks. Siswa diarahkan
untuk belajar memecahkan masalah dengan cara siswa sendiri, sehingga siswa akan
semakin jelas melihat hubungan-hubungan antar sifat-sifat suatu
bangun. Jadi siswa ditantang untuk mengelaborasi sintesis dari penggunaan
konsep-konsep dan relasi-relasi yang telah dipahami sebelumnya. Fase
pembelajaran ini bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman menyelesaikan
masalah dan menggunakan strategi-strateginya sendiri. Peran guru adalah memilih
materi dan masalah-masalah yang sesuai untuk mendapatkan pembelajaran yang
meningkatkan perolehan berbagai performansi siswa.
Ø Fase
5 (Integrasi). Pada fase ini, guru merancang pembelajaran agar siswa membuat
ringkasan tentang kegiatan yang sudah dipelajari (pengamatan-pengamatan,
membuat sintesis dari konsep-konsep dan hubungan-hubungan baru). Tujuan
kegiatan belajar fase ini adalah menginterpretasikan pengetahuan dari apa yang
telah diamati dan didiskusikan. Peran guru adalah membantu penginterpretasian
pengetahuan siswa dengan meminta siswa membuat refleksi dan mengklarifikasi
pengetahuan geometri siswa, serta menguatkan tekanan pada penggunaan struktur
matematika.
3.
Manfaat
Model Pembelajaran Van Hiele
Manfaat model pembelajaran Van Hiele
dalam pembelajaran geometri adalah:
1)
Dengan
memahami teori belajar Van Hiele, guru dapat memahami mengapa seorang anak mengerti
suatu topik dalam geometri.
2)
Anak
dapat belajar geometri dengan mengerti, tahap pembelajaran diharap disesuaikan
dengan tahap berpikir siswa, tidak sebaliknya siswa yang menyesuaikan diri
dengan tahap pembelajaran guru.
3)
Guru
dapat mengambil manfaat dari tahap-tahap perkembangan kognitif anak.
4)
Guru
dapat mengetahui mengapa seorang anak tidak memahami bahwa kubus itu merupakan
balok karena anak tersebut tahap berpikirnya masih berada pada tahap analisis
ke bawah, anak belum masuk pada tahap pengurutan.
Sesuai penjabaran mengenai manfaat model
pembelajaran Van Hiele di atas, dapat dilihat bahwa model pembelajaran Van
Hiele mempunyai dampak yang baik. Sehingga materi dalam pembelajaran matematika
dapat dipahami siswa dengan baik serta siswa dapat mempelajari
matematikaberdasarkan urutan tingkat kesukarannya dimulai dari tingkat yang
paling mudah sampai dengan tingkat yang paling rumit dan kompleks yang pada
akhirnya siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai tujuan yang diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar