Senin, 26 Januari 2015

MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA



Model Pembelajaran Van Hiele
Model pembelajaran Van Hiele merupakan model yang didasarkan pada teori belajar Van Hiele dalam mata pelajaran matematika, khususnya geometri. Teori belajar matematika ini dicetuskan oleh dua tokoh pendidikan matematika dari Belanda, yaitu Pierre Van Hiele dan isterinya yaitu Dian Van Hiele-Geldof, yang mengajukan suatu teori mengenai proses perkembangan kognitif yang dilalui siswa dalam mempelajari geometri pada tahun1957 sampai 1959.

1.      Tahap-tahap Model Pembelajaran Van Hiele
Van Hiele (dalam Pitajeng, 2006:41) mengemukakan bahwa ada tiga unsur utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan metode pengajaran yang diterapkan. Bila ketiganya ditata secara terpadu dapat berakibat pada meningkatnya kemampuan berpikir peserta didik kepada tahap yang lebih tinggi. Dalam memahami geometri terdapat 5 tahapan yaitu tahap pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan akurasi. Penjabaran lima tahapan pemahaman geometri tersebut adalah
1.      Tahap Pengenalan
Pada tingkat ini, siswa memandang bangun geometri sebagai suatu keseluruhan. Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan sifat-sifat dari masing-masing bangun. Dengan demikian, meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama suatu bangun, siswa belum mengamati ciri-ciri dari bangun itu. Sebagai contoh, pada tingkat ini siswa tahu suatu bangun bernama persegi panjang, tetapi ia belum menyadari sifat-sifat dari bangun persegi panjang tersebut. Jadi guru harus memahami karakter anak pada tahap pengenalan, anak belum mampu diajarkan sifat-sifat bangun-bangun geometri tersebut, karena anak akan menerimanya melalui hafalan bukan dengan pengertian.

2.      Tahap Analisis
Bila pada tahap pengenalan anak belum mengenal sifat-sifat dari bangun-bangun geometri, tidak demikian pada tahap analisis. Pada tahap ini anak sudah dapat memahami sifat-sifat dari bangun-bangun geometri. Pada tahap ini anak sudah mengenal sifat-sifat bangun geometri, seperti pada sebuah persegi banyak sisinya ada 4 buah. Anak pada tahap analisis belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya.

3.      Tahap Pengurutan
Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap geometri lebih meningkat lagi dari sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun geometri beserta sifat-sifatnya, maka pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Anak yang berada pada tahap ini sudah memahami pengurutan bangun-bangun geometri. Misalnya,persegi adalah persegi panjang sebabmempunyai semua sifat persegi panjang, karena persegi juga memiliki ciri-ciri persegi panjang.

4.      Tahap Deduksi
Pada tahap ini anak sudah mampu memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif. Pengambilan kesimpulan secara deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus. Sebagai contoh untuk menunjukkan bahwa jumlah sudut segitiga dari bangun persegi panjang. Anak pada tahap ini telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan, di samping unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau problem, dan teorema. Anak pada tahap ini belum memahami kegunaan dari suatu sistem deduktif. Jadi, pembuktian secara deduktif merupakan cara yang tepat dalam pembuktian pada tahap ini.

5.      Tahap Akurasi
Pada tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya, anak pada
tahap ini sudah mengetahui postulat atau dalil yang mendasari bahwa jumlah sudut-sudut segitiga adalah 1800. Tahap akurasi merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Pada tahap ini memerlukan tahap berpikir yang kompleks dan rumit. Oleh karena itu, jarang atau hanya sedikit sekali anak
yang sampai pada tahap berpikir ini sekalipun anak tersebut sudah berada ditingkat SMA. Siswa dalam mempelajari geometri akan memahami secara efektif apabila pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa atau kemampuan berpikir kognitif siswa.


2.      Fase-fase Model Pembelajaran Van Hiele
Fase-fase pembelajaran tersebut adalah fase inkuiri/informasi, fase orientasi berarah, fase uraian, fase orientasi bebas, dan fase integrasi (Nu’man, 2008). Di bawah ini akan dijelaskan lebih rinci dari masing-masing fase tersebut.
Ø  Fase 1 (Inkuiri/Informasi).  Dengan tanya jawab antara guru dengan siswa, disampaikan konsep-konsep awal tentang materi yang akan dipelajari. Guru mengajukan informasi baru dalam setiap pertanyaan yang dirancang secermat mungkin agar siswa dapat menyatakan kaitan konsep-konsep awal dengan materi yang akan dipelajari. Bentuk pertanyaan diarahkan pada konsep yang telah dimiliki siswa. Informasi dari tanya jawab tersebut memberikan masukan bagi guru untuk menggali tentang perbendaharaan bahasa dan interpretasi atas konsepsi-konsepsi awal siswa untuk memberikan materi selanjutnya, dipihak siswa, siswa mempunyai gambaran tentang arah belajar selanjutnya.

Ø  Fase 2 (Orientasi Berarah). Sebagai refleksi dari fase 1, siswa meneliti materi pelajaran melalui bahan ajar yang dirancang guru. Guru mengarahkan siswa untuk meneliti objek-objek yang dipelajari. Kegiatan mengarahkan merupakan rangkaian tugas singkat untuk memperoleh respon-respon khusus siswa. Misalnya, guru meminta siswa mengamati gambar yang ditunjukkan berupa macam-macam segiempat. Siswa diminta mengelompokkan jenis segiempat, sesuai dengan jenisnya. Aktivitas belajar ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar aktif mengeksplorasi objek-objek (sifat-sifat bangun yang dipelajari) melalui kegiatan seperti mengukur sudut, melipat, menentukan panjang sisi untuk menemukan hubungan sifat-sifat dari bentuk bangun-bangun tersebut. Fase ini juga bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing eksplorasi siswa sehingga menemukan konsep-konsep khusus dari bangun-bangun geometri.

Ø  Fase 3 (Uraian). Pada fase ini, siswa diberi motivasi untuk mengemukakan pengalamannya tentang struktur bangun yang diamati dengan menggunakan bahasanya sendiri. Sejauh mana pengalamannya bisa diungkapkan, mengekspresikan dan merubah atau menghapus pengetahuan intuitif siswa yang tidak sesuai dengan struktur bangun yang diamati. Pada fase pembelajaran ini, guru membawa objek-objek (ide-ide geometri, hubungan-hubungan, pola-pola dan sebagainya) ke tahap pemahaman melalui diskusi antar siswa dalam menggunakan ketepatan bahasa dengan menyatakan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun-bangun yang dipelajari.

Ø  Fase 4 (Orientasi Bebas). Pada fase ini siswa dihadapkan dengan tugas-tugas yang lebih kompleks. Siswa ditantang dengan situasi masalah kompleks. Siswa diarahkan untuk belajar memecahkan masalah dengan cara siswa sendiri, sehingga siswa akan semakin jelas melihat hubungan-hubungan antar sifat-sifat suatu bangun. Jadi siswa ditantang untuk mengelaborasi sintesis dari penggunaan konsep-konsep dan relasi-relasi yang telah dipahami sebelumnya. Fase pembelajaran ini bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman menyelesaikan masalah dan menggunakan strategi-strateginya sendiri. Peran guru adalah memilih materi dan masalah-masalah yang sesuai untuk mendapatkan pembelajaran yang meningkatkan perolehan berbagai performansi siswa.

Ø  Fase 5 (Integrasi). Pada fase ini, guru merancang pembelajaran agar siswa membuat ringkasan tentang kegiatan yang sudah dipelajari (pengamatan-pengamatan, membuat sintesis dari konsep-konsep dan hubungan-hubungan baru). Tujuan kegiatan belajar fase ini adalah menginterpretasikan pengetahuan dari apa yang telah diamati dan didiskusikan. Peran guru adalah membantu penginterpretasian pengetahuan siswa dengan meminta siswa membuat refleksi dan mengklarifikasi pengetahuan geometri siswa, serta menguatkan tekanan pada penggunaan struktur matematika.

3.      Manfaat Model Pembelajaran Van Hiele
Manfaat model pembelajaran Van Hiele dalam pembelajaran geometri adalah:
1)      Dengan memahami teori belajar Van Hiele, guru dapat memahami mengapa seorang anak mengerti suatu topik dalam geometri.
2)      Anak dapat belajar geometri dengan mengerti, tahap pembelajaran diharap disesuaikan dengan tahap berpikir siswa, tidak sebaliknya siswa yang menyesuaikan diri dengan tahap pembelajaran guru.
3)      Guru dapat mengambil manfaat dari tahap-tahap perkembangan kognitif anak.
4)      Guru dapat mengetahui mengapa seorang anak tidak memahami bahwa kubus itu merupakan balok karena anak tersebut tahap berpikirnya masih berada pada tahap analisis ke bawah, anak belum masuk pada tahap pengurutan.
Sesuai penjabaran mengenai manfaat model pembelajaran Van Hiele di atas, dapat dilihat bahwa model pembelajaran Van Hiele mempunyai dampak yang baik. Sehingga materi dalam pembelajaran matematika dapat dipahami siswa dengan baik serta siswa dapat mempelajari matematikaberdasarkan urutan tingkat kesukarannya dimulai dari tingkat yang paling mudah sampai dengan tingkat yang paling rumit dan kompleks yang pada akhirnya siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai tujuan yang diinginkan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar