Senin, 26 Januari 2015

INI PENINGGALANNYA, HARUS DIJAGA !!



PENINGGALAN-PENINGGALAN DIMUSEUM KEPURBAKALAAN BANTEN
Mahkota Kesultanan Banten

Karena rumahku numayan dekat dengan museum menara Banten, sayapun ingin mencari tau apa saja peninggalan-peninggalan Museum Kepurbakalaan Banten, sejak memasuki kawasan wisata sejarah Banten Lama banyak situs-situs sejarah yang bisa saya lihat. Maka dari itu rasanya merupakan hal menarik jika bisa dijelaskan secara lengkap mengenai situs-situs sejarah Banten Lama yang ada yaitu,
1.      Menara Masjid Agung Banten
2.      Keraton Surosowan
3.      Benteng Speelwijk
4.      Keraton Kaibon
5.      Masjid Pecinan


1.     Menara Masjid Agung Banten

Menara Mesjid Agung Banten. Dahulu digunakan untuk mengumandangkan azan dan mengawasi perairan laut. Konon menara ini dibangun semasa kekuasaan Sultan Haji pada tahun 1620 oleh seorang arsitek Belanda, Hendrik Lucazoon Cardeel. Pada waktu itu, Cardeel memang membelot ke pihak Banten, dan kemudian dianugerahi gelar Pangeran Wiraguna. (Sumber:www.navigasi.net)

Menara Masjid Agung ini kemudian menjadi simbol kota Banten Lama, menara ini dapat terlihat dari puncak bukit Gunung Pinang. Masjid dengan menara ini selalu ramai setiap harinya, terutama oleh para ibu-ibu pengajian yang ingin berziarah di makam-makam sultan Banten beserta keluarganya yang ada di sisi kiri masjid, salah satu makan tersebut adalah makam sultan Maulana Yusuf, yaitu anak dari Sunan Gunung Jati.

2.     Keraton Surosowan
Melihat reruntuhan bangunan Keraton Surosowan, istana itu dibangun pada tahun 1526. Keraton ini dibangun pada masa Sultan Maulana Hasanudin, sultan kedua Kasultanan Banten, memerintah. Bangunan yang nyaris rata dengan tanah itu masih sangat kuat, meski telah ditumbuhi lumut. Keraton Surosowan memiliki luas kurang lebih 3,8 hektar. Keraton ini lokasinya berdekatan dengan Masjid Agung Banten di Kampung Banten, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Serang. Salah satu bagian di dalam keraton yang menarik perhatian adalah Pancuran Mas. Pancuran yang sebenarnya terbuat dari tembaga dan bukan emas itu dahulu biasa digunakan untuk mandi para pejabat dan juga abdi kerajaan. Begitu kondangnya nama Pancuran Mas sehingga orang-orang yakin bahwa pancuran itu memang terbuat dari emas.
Keraton Surosowan telah tiga kali dibangun akibat hancur karena perang. Terakhir, keraton dihancurkan oleh Daendels pada tahun 1808. Banten Lama atau Surosowan adalah situs yang berkelanjutan. Di sana ada peradaban prasejarah dan berlanjut ke zaman klasik (Hindu-Budha), lalu beralih ke kebudayaan Islam pada abad ke-16. (Sumber: www.koranbanten.com)

3.     Benteng Speelwijk

Adanya beberapa makam dengan bentuk khas Eropa di sekitar benteng melengkapi ciri khas budaya barat. Lokasi Benteng Speelwijk ini tidaklah terlalu jauh dari Masjid Agung Banten, sekitar 500 meter ke arah utara. Meskipun tidak utuh lagi, beberapa sudut benteng ini meninggalkan bentuk bangunan yang masih bisa dinikmati. Pada bagian utara, walaupun tidak utuh tetapi masih dapat dilacak fungsi dan kegunaannya. Ruangan bawah tanah diduga merupakan ruangan yang dipakai sebagai kamar tahanan khusus dan tahanan biasa. Di bagian tembok masih berdiri sebuah bangunan pengintai yang menempel di atas tembok itu. Tembok benteng itu, diduga mempunyai dua fungsi, yakni sebagai pertahanan dan pemukiman. Di salah satu sisinya tampak sebuah lobang bekas hantaman peluru meriam.

Benteng ini didirikan pada tahun 1682, mengalami perluasan pada tahun 1685 dan 1731. Benteng ini untuk mengontrol segala kegiatan yang berkaitan dengan Kesultanan Banten dan juga sebagai tempat berlindung/bermukim bagi orang Belanda. Benteng ini semakin mengokohkan posisi Belanda dalam usahanya memonopoli perdagangan merica yang berasal dari Lampung Selatan untuk kemudian dijual lagi kepada pedagang-pedagang asing yang berasal dari Cina, Malaysia, Arab, India dan Vietnam. (sumber: www.koranbanten.com)


4.     Keraton Kaibon
Nama Keraton Kaibon yang dibangun pada tahun 1815 ini diambil dari kata keibuan. Pada waktu itu, sultan ke 21 yaitu Sultan Syafiuddin masih sangat belia sehingga pemerintahan dijalankan oleh ibundanya, Ratu Aisyah. Pada tahun 1832, keraton dihancurkan oleh pemerintah Hindia-Belanda bersama-sama dengan keraton lainnya, termasuk Keraton Surosowan.
Asal muasal penghancuran keraton berdasarkan sejarah yaitu ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Daendels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada (di Labuan). Namun, Syafiuddin dengan tegas menolak. Dia bahkan memancung kepala Du Puy dan menyerahkannya kembali kepada Daendels yang kemudian marah besar dan menghancurkan Keraton Kaibon. Meski demikian, ada banyak bagian bangunan yang masih berdiri tegak hingga sekarang, yaitu pintu-pintu dan deretan Candi Bentar khas Banten atau disebut gerbang bersayap. Masih dapat dilihat pula Pintu Paduraksa, pintu khas Bugis yang sisi kanan dan kirinya tersambung, tidak seperti kebanyakan pintu keraton yang bagian atasnya tidak tersambung. Ruangan yang diduga kamar Ratu Aisyah juga masih tersisa seperempat bagian. Kamar ini khas karena bagian lantainya dibuat lebih menjorok ke bawah (tanah) untuk diisi air sebagai pendingin ruangan. Di atasnya dipasang papan yang berfungsi sebagai lantai. Saat ini, masih terlihat adanya lubang-lubang penyangga papan. Meski saat ini dikelilingi permukiman penduduk yang makin padat, istana seluas dua hektar itu tetap terjaga sebagai cagar budaya. Keraton yang terletak di Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang ini juga masih dikelilingi kanal dan Kali Banten seperti saat pertama kali dibangun pada awal abad 19. (sumber: www.koranbanten.com)
5.     Masjid Pecinan
Seperti namanya, Masjid Pecinan Tinggi dibangun di sebuah pemukiman cina pada masa Kesultanan Banten. Terletak kurang lebih 500 meter ke arah barat dari masjid Agung Banten, atau 400 meter ke arah selatan dari Benteng Speelwijk. Berbeda dengan Mesjid Agung Banten yang masih berdiri dengan kokoh, Mesjid Pecinan Tinggi bisa dikatakan tinggal puing-puingnya saja. Selain sisa fondasi bangunan induknya yang terbuat dari batu bata dan batu karang, juga masih ada bagian dinding mihrabnya. Disamping itu, dihalaman depan disebelah kiri (utara) mesjid tersebut,  masih terdapat pula sisa bangunan menaranya yang berdenah bujur sangkar. Menara ini terbuat dari bata dengan fondasi dan bagian bawahnya terbuat dari batu karang. Bagian atas menara ini sudah hancur, sehingga wujud secara keseluruhan/utuh dari bangunan ini sudah tidak nampak lagi.  Tidak banyak literatur yang menjelaskan asal usul didirikannya mesjid ini, kecuali hanya menjelaskan bahwa Mesjid Pecinan Tinggi ini merupakan mesjid yang pertama kali di bangun oleh Sultan Hasanudin sebelum kemudian mendirikan Mesjid Agung Banten. Tidak jauh dari menara tersebut dan masih dalam area yang sama terdapat pula sebuah makam cina. Entah apa kaitannya antara makam tersebut dengan mesjid pecinan tinggi, yang jelas makam tersebut hanyalah satu-satunya yang terdapat di lokasi ini. Tulisan cina yang ada di makam tersebut masih terpatri dengan jelas yang menjelaskan bahwa yang dikuburkan disana adalah pasangan suami istri (Tio Mo Sheng+Chou Kong Chian) yang berasal dari desa Yin Shao dan batu nissan tersebut didirikan pada tahun 1843. Bisa jadi kedua orang itu adalah imam/ustadz/pemuka agama sehingga layak dimakamkan disamping Mesjid Pecinan Tinggi. (Sumber: www.navigasi.net)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar