Selasa, 09 Desember 2014

KEBENARAN AKADEMIK DILIHAT DARI KAJIAN POSITIVISME



MATEMATIKA 3/A – 07

KEBENARAN AKADEMIK DILIHAT DARI KAJIAN POSITIVISME

Kata Positivisme merupakan turunan dari kata positive. John M. Echols mengartikan positive dengan beberapa kata yaitu positif (lawan dari negatif), tegas, pasti, meyakinkan. Dalam filsafat, positivisme berarti suatu aliran filsafat yang berpangkal pada sesuatu yang pasti, faktual, nyata, dari apa yang diketahui dan berdasarkan data empiris. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, positivisme berarti  aliran filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan itu semata-mata berdasarkan pengalaman dan  ilmu yang pasti. Titik tolak pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif.
Ajaran positivisme muncul pada abad 19 dan termasuk jenis filsafat abad modern. Kelahirannya hampir bersamaan dengan empirisme. Kesamaan diantara keduanya antara lain bahwa keduanya mengutamakan pengalaman. Perbedaannya, positivisme hanya membatasi diri pada pengalaman-pengalaman yang objektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman-pengalaman batiniah atau pengalaman yang subjektif.
                Positivisme secara etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita. Ini berarti, apa yang disebut sebagai positif bertentangan dengan apa yang hanya ada di dalam angan-angan (impian), atau terdiri dari apa yang hanya merupakan konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia. Dapat disimpulkan pengertian positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang dalam ‘pencapaian kebenaran’-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar terjadi. Segala hal diluar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme.
Tokoh-tokoh filsafat positivisme yaitu,
 a). Auguste Comte ( 1798 – 1857 )
Beliau adalah orang yang menokohi munculnya aliran positivisme. Ia lahir di Hontpeller, Perancis. Sebuah karya penting “ Cours de Philisophia Positivie “ (Kursur tentang filsafat positif). Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoieh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen-eksperimen memerlukan ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat dengan kiloan, dsb. Kita tidak cukup mengatakan api panas, matahari panas, kopi panas. Ketika panas kita memerlukan ukuran yang teliti. Dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai.
            Jadi pada dasarnya positifisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan experiment dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positifisme itu sama dengan empirisme plot rasionalisme. Hanya saja, pada empirisme menerima pengalaman batiniyah, sedangkan pada positivisme membatasi pada perjalanan objektif (indera) saja.
b). H. Taine ( 1828 – 1893 )
Ia mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah, politik, dan kesastraan.
c). Emile Durkheim ( 1852 – 1917 )
Ia menganggap positivisme sebagai asas sosiologi.

d). John Stuart Mill ( 1806 – 1873 )
Ia adalah seorang filosof Inggris yang menggunakan sistem positivisme pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan.
Dalam perkembangannya aliran ini diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis antara gejala-gejala, sedangkan dinamika adalah urutan gejala-gejala. Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu:
1.      Metode ini diarahkan pada fakta-fakta.
2.      Metode ini diarahkan pada perbaikan terus meneurs dari syarat-syarat hidup.
3.      Metode ini berusaha ke arah kepastian.
4.      Metode ini berusaha ke arah kecermatan.
Menurut Auguste Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap, yaitu :
1.        Tahap teologis
Pada tahap ini manusia mengarahkan pandangannya kepada hakikat yang batiniah (sebab pertama). Di sini manusia percaya kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya, dibalik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu. Pada tingkatan teologis ini pola berpikir manusia dikuasai oleh tahayul dan prasangka. Kepercayaan atas kekuatan gaib di luar manusia sangat mendasari cara berpikir manusia
Pada tahap ini, comte membaginya lagi ke dalam beberapa periode, yaitu ;
a.       Fetisisme, merupakan bentuk pemikiran yang dominan dalam masyarakat primitive, meliputi kepercayaan bahwa semua benda memiliki kelengkapan kekuatan hidupnya sendiri.
b.      Politeisme, yaitu kepercayaan akan hal supernatural yang meskipun berbeda dari benda-benda alam, terus mengontrol semua gejala alam.
c.       Monoteisme, yaitu kepercayaan akan sesuatu yang tertinggi.
2.        Tahap metafisis
Pada tahap metafisis manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis. Sifat yang khas adalah kekuatan yang tadinya bersifat adi kodrati, diganti dengan kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengertian abstrak, yang diintegrasikan dengan alam. Artinya, pola berpikir manusia telah meninggalkan teologis, namun masih berpikir abstrak, masih mempersoalkan hakikat dan segala yang ada, termasuk hakikat yang gaib juga.

3.        Tahap ilmiah/positif
Pada tahap ini manusia telah mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisis tidak ada gunanya. Sekarang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang berasal dari fakta-fakta pengamatan dengan memakai akal. Manusia membatasi dan mendasarkan pengetahuannya pada yang dapat dilihat, dapat diukur, dan dapat dibuktikan.

Kebenaran yang dianut positivisme dalam mencari kebenaran adalah teori korespondensi. Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan adalah benar jika terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan tersebut. atau dengan kata lain, suatu pernyataan dianggap benar apabila materi yang terkandung dalam pernyataan tersebut bersesuaian (korespodensi) dengan obyek faktual yang ditunjuk oleh pernyataan tersebut.
Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empiris yang terukur. Terukur inilah sumbangan penting positivisme. Misalnya, dalam pelajaran fisika, hal panas. Positivisme mengatakan bahwa air mendidih adalah 100 derajat celcius, besi mendidih 1000 derajat celcius, dan yang lainnya misalnya tentang ukuran meter, ton, dan seterusnya. Ukuran - ukuran tadi adalah operasional, kuantitatif, tidak memungkinkan perbedaan pendapat.
Menurut  Adian (2006), positivisme melembagakan pandangan objektivistik dalam suatu doktrin kesatuan ilmu (unified science). Doktrin ini mengatakan bahwa seluruh ilmu harus berada dalam payung positivistik. Doktrin ini mengajukan kriteria-kriteria bagi ilmu pengetahuan, sebagai berikut:
·         Bebas nilai
·         Menggunakan metode verifikasi-empiris
·         Bahasa yang digunakan harus analitik dan bisa diperiksa secara empiris
·         Bersifat eksplanasi

Filsafat Positivisme mengarahkan agar pendidikan ini mengarah kepada hal yang baik, baik dari segi intelektual dan memiliki daya analisis dari sesuatu, contoh ketika dalam sebuah materi pelajaran menjelaskan terjadinya hujan maka akan menuntut siswa untuk berpikir kenapa hujan itu terjadi pasti ada sebab atau bukti kenapa hujan itu terjadi, sehingga dari hal ini akan mewujudkan generasi kreatif yang dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa agar menjadi lebih baik dan berdaya saing.
Pendidikan di arahkan pada suatu tujuan yang realistik. Pengembangan kurikulum ditekankan pada suatu proses penciptaan anak didik yang rasional dan empiris. Masyarakat harus menyadari sepenuhnya bahwa kehidupan tidak bergantung pada mitos dan berbagai legenda karena semua itu akan membuat masyarakat bodoh. Kehidupan bergantung pada kebutuhan yang nyata, pasti, dan rasional. Oleh karena itu masyarakat harus melihat pengetahuan dengan memperdalam pendidikan yang empiris dan realistik. Pendidikan harus berbasis pada penelitian dan kebenaran yang pasti dan inderawi.


Daftar Pustaka

Wikipedia.org 
almusthofablogspot.blogspot.com/2012/05/aliran-positivisme.html 
kuliahgratis.net/aliran-positivisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar